Selasa, 13 April 2010

Dari Ladang Berubah Industri


KOTA Cilegon yang awalnya hanya sebagai daerah persawahan dan ladang, saat ini sudah berubah menjadi daerah industri, pelabuhan dan perdagangan.

Daerah Cilegon terus menggeliat setelah daerah bekas kewedanaan ini resmi terpisah dari daerah induknya, ya-, itu Kabupaten Serang, dan menjadi kota madya pada 21 April 1999,melalui UU No 15/ 1999 tentang Pembentukan Kota Madya Depok dan Kota Madya Cilegon.
View Larger Map

Kendati demikian, kota yang memiliki potensi yang besar ini tidak terlepas dari masalah kemiskinan dan pengangguran. Pada 2007, dari 338.027 jiwa penduduk Kota Cilegon, dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 59,39%, sebanyak 12,38% adalah pengangguran dan sisanya sebanyak 59,39% bekerja. Jumlah warga Kota Cilegon berusia di atas 15 tahun yang bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan sebanyak 2,88%, industri pengolahan 25,57%, perdagangan, rumah makan, dan hotel sebanyak 25,81%, jasa kemasyarakatan 19,63%, dan lainnya 26,11%. Tidak hanya itu, dari 338.027 jiwa, untuk usia bukan angkatan kerja sebanyak 40,61%. Dari jumlah itu, sebanyak 13,43% mengenyam bangku sekolah, 22,21% dinyatakan hanya mengurus rumah tangga, dan lainnya 4,97% tersebar. Sementara untuk jumlah warga miskin 5.791 jiwa, warga sangat miskin 1.067 jiwa dan warga yang hampir miskin


14.044 jiwa. Jumlah total keseluruhan warga miskin yang telah menerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah sebanyak 20.902 jiwa.

Jika dilihat dari potensi dan peluang kerja, di Kota Cilegon banyak industri besar dankecilyang dibangun.Dari data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon, untuk jumlah perusahaan berbadan hukum PT sebanyak 172, CV351,koperasi 24, perorangan 76, dan lainnya 3 perusahaan. Adapun dilihat dari SIUP yang diterbitkan Pemkot Cilegon, untuk perusahaan kecil 454, perusahaan menengah 90, perusahaan besar 54.

Sementara untuk jumlah rumah makan 107, hotel 19, perusahaan perdagangan 598yangmeliputiperdagang-an besar 54, perdagangan menengah 90, dan perdagangan kecilsebanyak454.Tentusaja kalau melihat potensi tersebut, seharusnya warga Kota Cilegon tidak harus menganggur, karena peluang lapangan kerja yang ada sangat! ahluas.

Menurut Sekretaris Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cilegon Hidayat Ma-mur, Pemerintah Kota Cilegon te tap berupaya un tuk mengentaskan masalah kemiskinan dengan membuka peluang usaha yang sangat luas,baik terus menarik investor asing maupun dengan melakukan pembinaan ekonomi masyarakat yang padat karya. Berdasarkan penghi-tundgan atas dasar harga berlaku, PDRB Kota Cilegon pada 2007 tercatat Rpl6,038 miliar atau meningkat 10,61% dari 14,498 miliar pada 2006 lalu.

Berdasarkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000, PDRB Kota Cilegon meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 5,48%. Sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kota Cilegon adalah sektor industri pengolahan, yaitu 58,74%. Disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesarl4,93% dan sektor listrik, gas, dan air sebesar 9,60%. Sementara itu, lainnya memiliki kontribusi di bawah 10%.

Pemkot Cilegon sejak 2007 lalu telah melebur dan memperbarui program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sudah berjalan sejak 2002,menjadi unit pelaksana teknis (UPT) pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berada di bawah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Cilegon. UPT pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dikelola secara mandiri untuk memberikan pelayanan terpadu dan profesional pada usaha mikro kecil (UKM), yang meliputi pelatihan, pe-magangan, pembiayaan, informasi bisnis, pemasaran, konsultasi manajemen, dan pendampingan.

Untuk tahun 2007 saja, perintisan modal usaha dari aset Rpl,2 miliar, omzet Rp67,3 miliar, laba Rpl,4 miliar bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 1.030 orang, penguatan usaha dari aset Rp5,7 miliar, omzet Rp89 miliar, laba Rpl7,8 miliar, penyerapan tenaga kerja 982 orang, pengembangan usaha dari aset Rp8,7 miliar, omzet Rp98,2 miliar, laba Rpl9,6 miliar, penyerapan tenaga kerja 982 orang.

Bukan hanya bidang ekonomi, Pemkot Cilegon juga telah melaksanakan program prioritas pendidikan yang saat ini dijalankan, yaitu program wajib belajar 12 tahun. Untuk mendukung program tersebut, Pemkot Cilegon pada APBD 2009 ini telah menganggarkan dana sebesar Rp8,6 mili ar. Anggaran itu untuk membebaskan biaya SPP dan DSP tingkat SMP dan SMA, sedangkan untuk pembangunan yang akan dilakukan pihak sekolah saat ini sekolah bisa mengajukan langsung kepada Pemkot Cilegon seperti yang dilakukan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya. "Program pendidikan dasar 12 tahunse-bagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM."

Untuk menjamin masalah kesehatan masyarakat, Pemkot Cilegon juga telah menganggarkan sebanyak Rp3 miliar untuk membebaskan biaya rawat inap kelas tiga di RSUD Cilegon. Selain itu. Pemkot Cilegon juga membebaskan biaya berobat dipuskesmas, dengan anggaran yang disediakan sebesar Rp600 juta.Terkait penanggulangan kemiskinan melalui program pemerintah pusat, seperti PNPM. Pada tahap pertama 2007-2008, anggaran yang disediakan Rp4,4 miliar untuk 14 kelurahan. Sementara rencana 2009 ini, anggaran yang disediakan untuk PNPM sebesar Rp8,206 miliar untuk 43 kelurahan, dengan dana sharing dari APBD Kota Cilegon sebanyak 50%.

Program PNPM ini akan dibagi untuk pembangunan fisik 70%, perekonomian masyarakat 20%, dan sosial kemasyarakatan 10%. "Untuk permodalan akan dilakukan bantuan pinjaman bergulir yang harus diselesaikan selama tiga tahun," ujar dia.

Dalam mendorong percepatan pembangunan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Pemkot Cilegon juga memiliki empat mega proyek yang sebagainya sudah selesai dibangun, yaitu pembangunan akses jalan lingkar selatan, pembangunan Pelabuhan Kubang Sari, pembangunan Terminal Terpadu Merak, dan pembangunan Pasar Kota. "Dalam pembangunan jalan lingkar selatan, dana yang dikeluarkan murni dari dana APBD Kota Cilegon. Seharusnya pemerintah provinsi juga memberikan bantuan, sebab pembangunan jalan itu membuka akses lintas kabupaten dan kota," tandasnya.



Sumber :
http://www.mediacenterkopukm.com/detail-berita.php?bID=3469
23 Maret 2009


Sumber Gambar:

http://www.promolagi.com/UserFiles/Image/Cilegon/cilegon.7.JPG

Menggagas Wisata Alam di Kota Baja

Drs. R. Benny Benyamin, M.Si

Meski lebih dikenal sebagai daerah industri, Kota Cilegon juga memiliki potensi wisata yang tak kalah dibanding dengan daerah lain. Kini, potensi wisata, baik berupa obyek wisata alam maupun kekayaan seni dan budaya, terus dikembangkan. Diharapkan, sektor ini juga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di Kota Baja.

Sebagai salah satu sektor yang bisa mendukung perekonomian suatu wilayah, pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk menopang perekonomian daerah. Apalagi, kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sektor ini terbuka luas. Sehingga salah satu dampak positif yang diharapkan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hal inilah yang disadari sosok Drs. R. Benny Benyamin, M.Si. Pria yang menjabat sebagai Kabid Pemasaran di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cilegon ini meyakini, geliat sektor pariwisata akan memberikan banyak kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka. Karena itulah, sebagai aparatur pemerintahan yang menangani sektor pariwisata, ia merasa mendapatkan kesempatan untuk menciptakan berbagai terobosan agar pariwisata di Kota Cilegon semakin berkembang dan dikenal oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Menurut pria kelahiran Bandung, 07 November 1961 itu, salah satu sektor pariwisata yang coba dikembangkan oleh Pemkot Cilegon adalah jenis wisata alam. Selain karena memang memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan, jenis wisata alam cenderung lebih digemari oleh para wisatawan dari berbagai lapisan masyarakat. Apalagi, sektor ini juga mampu menyerap peran serta masyarakat dalam skala besar.

“Dengan mengembangkan wisata alam, masyarakat tidak hanya bisa terlibat dalam pengelolaan tempat wisata, tapi juga menjadi pendukung obyek wisata, misalnya dengan berdagang dan menciptakan aksesoris khas Kota Cilegon yang bisa dipasarkan kepada para pengunjung obyek wisata,” cetus Benny.

Beberapa obyek wisata alam di Kota Cilegon, kata Benny, masih memiliki peluang besar untuk terus dikembangkan. Alumni UNIS Tangerang ini mencontohkan, potensi wisata alam yang ada di Kota Cilegon seperti Gunung Batu Lawang di Kecamatan Grogol, Gunung Batur di Kecamatan Gerem serta Gunung Cipala Kecamatan Pulomerak, merupakan obyek wisata yang sangat menarik bila dikelola secara baik.

Lebih lanjut, suami dari Dra. Sri Hidayati ini menambahkan, nuansa pegunungan yang asri dan alami di Gunung Batur, bisa dikemas menjadi sebuah tujuan wisata yang aman sekaligus menyenangkan bagi wisatawan, terutama untuk tujuan liburan keluarga. Ia meyakini, tempat ini bisa menjadi tempat yang cocok untuk melepaskan penat dan kejenuhan setelah melakukan rutinitas. Terlebih, bagi masyarakat Kota Cilegon yang kebanyakan terdiri dari masyarakat industri yang memerlukan tempat berlibur yang dapat menyegarkan pikiran.

“Meskipun Gunung Batur posisinya tidak terlalu tinggi, tidak lebih dari 50 meter, namun lingkungan alamnya yang masih asri dengan latar belakang panorama keindahan Kota Cilegon, siapa pun yang datang ke sana pasti betah untuk berlama-lama di obyek wisata itu,” terang ayah dari Levina Ratih Al Meidia dan Cessari Dian Adeine itu.

Untuk menuju ke lokasi itu, wisatawan memang harus berjalan kaki sekitar kurang lebih lima kilometer, yang dapat ditempuh dengan satu jam berjalan kaki. Meski harus melewati medan yang menantang dengan bebatuan terjal, rasa lelah setelah menempuh perjalanan akan terbayar lunas ketika sampai di puncak. Karena, panorama keindahan seluruh Kota Cilegon yang dapat dilihat dari bukit tersebut membuat rasa lelah setelah berjalan kaki lenyap begitu saja.

Sedangkan bagi wisatawan yang memiliki hobi hiking (berjalan kaki di alam), Benny menyarankan agar mengunjungi Gunung Batu Lawang. Menurutnya, bukit ini sangat cocok untuk dikunjungi penggemar hiking, karena medannya yang lebih landai dan keindahan alam yang menghiasi sepanjang perjalanan.
“Untuk lebih memperkenalkan obyek wisata ini (Gunung Lawang), Disbudpar Kota Cilegon berencana menggelar acara hiking pada akhir bulan Maret ini,” kata Benny.

Sedangkan bagi mereka yang lebih menyukai kegiatan menantang di alam bebas, Benny menyarankan untuk mengunjungi Gunung Batu Lawang. Meskipun perjalanan yang harus dijalani relatif lebih berat, namun, pemandangan alam di sepanjang perjalanan, ditambah latar belakang panorama pantai dan pemandangan Kota Cilegon yang dapat disaksikan dari dataran tinggi, membuat obyek wisata ini juga sangat potensial untuk dikembangkan.

Seni dan Budaya
Selain obyek wisata alam yang menjanjikan, Kota Cilegon juga memiliki kekayaan seni dan budaya yang potensial untuk dijadikan sebagai komoditas wisata. Apalagi, kultur budaya masyarakat Cilegon masih terpelihara hingga saat ini, tak lekang oleh derasnya arus industrialisasi di Kota Seribu Industri ini.

Menurut Benny, salah satu seni budaya yang paling dominan mewarnai berbagai kehidupan masyarakat Kota Cilegon adalah Pencak Silat. Kesenian ini masih terpelihara dengan baik di berbagai komunitas masyarakat yang masih memelihara budaya pencak silat, baik sebagai seni maupun sebagai olahraga bela diri.

Meski demikian, Benny memandang, saat ini kesenian Pencak Silat di Kota Cilegon belum tergarap secara optimal karena yang bisa lebih mempopulerkan seni bela diri itu kepada masyarakat luas. Untuk itu, Benny mengaku punya rencana khusus untuk lebih memperkenalkan pencak silat sebagai salah satu kekayaan khasanah budaya di Kota Baja.

“Rencananya, pada pertengahan bulan April 2009 akan dilaksanakan kegiatan pagelaran seni tradisional se-Kota Cilegon. Mudah-mudahan hal ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mendalami seni bela diri tradisional khas Cilegon sekaligus memperlihatkan potensi seni dan budaya yang dimiliki oleh Kota Cilegon,” kata Benny seraya menambahkan, juga akan melaksanakan pemilihan Duta Wisata Kota Cilegon 2009 dan pemilihanKang dan Nong serta pagelaran seni budaya lain dalam perayaan HUT Kota Cilegon.@ELNA


Sumber :

http://www.majalahteras.com/2009/03/menggagas-wisata-alam-di-kota-baja/

7 Maret 2009

Cilegon, “Kota Wisata” & “Kota Masjid”


Sudah 9 tahun usia Kota Cilegon pada tanggal 27 April 2008, pasti telah banyak yang dilakukan pemerintah kota dalam mengelola kota yang kita cintai ini, apakah puas atau tidak puas dari masyarakatnya adalah hal yang perlu diperbaiki di hari-hari ke depan. Semoga Allah SWT memberikan jalan yang terbaik dan dihindari dari bencana yang tidak disangka-sangka. Amin.

Sebagai referensi, di Kota Malang, pemerintahnya menginginkan kembalinya kota Malang yang Ijo Royo-royo dari kondisi yang sekarang Ijo Ruko-ruko, kemudian kota Jember yang menobatkan menjadi kota “Fashion” yang sebelumnya ditentang oleh masyarakatnya karena dianggap hal yang tidak mungkin. Tapi kita lihat bahwa Kota Jember akhirnya menjadi Kota Jember yang tidak kalah dengan Kota Bandung dalah hal fashion.

Terus bagaimana kira-kira Kota Cilegon yang kita cintai ini agar bisa memberikan dampak yang langsung bagi masyarakatnya? Usulan untuk pemerintah, pelaku industri dan masyarakat seperti apa wajah Kota Cilegon ke depan? Dengan melihat karakteristik masyarakat yang agamis dan lingkungan industri yang kuat maka perlu penetapan visi/ keinginan yang sama antara pemerintah, industri dengan masyarakatnya. Menurut Pandangan penulis bahwa kota Cilegon ke depan harus diarahkan menjadi KOTA WISATA & INDUSTRI.

Kota Wisata yang bagaimana? Seperti kita ketahui bahwa di Sukabumi, Puncak adalah kota wisata untuk agro bisnis atau yang terkait dengan kondisi alamnya. Terus, seperti apa kota Wisata di Cilegon? Penulis berpendapat bahwa kota Cilegon harus menjadi ”KOTA WISATA MASJID” dan menjadi ”KOTA INDUSTRI” karena disesuaikan dengan kultur yang ada dan alam yang ada serta kondisi saat ini yaitu banyaknya industri. Hal ini penulis anggap potensi yang belum tergali dengan baik.

Cukup ada peluang Kota Cilegon menjadi ’KOTA WISATA MASJID” disebabkan karena hampir mayoritas penduduknya beragama muslim dan belum ada sebuah kota yang memberikan informasi tentang perkembangan tentang sejarah Agama Islam.

Dari segi fisik masjid maka pemerintah harus mendorong untuk merenovasi atau pembangunan masjid dengan jenis masjid yang berbeda-beda, misalnya mencontoh arsitektur masjid yang ada di Arab Saudi (Masjid Nabawi, Masjid Jin, Masjid di laut Merah dll ) yang terkait dengan sejarah perkembangan Islam dan dari segi alam sebagai contoh di area Bagendung bisa ditata seperti Padang Arofah dll. Atau membangun seperti Masjid Demak, Banten dll (model masjid yang di bangun oleh para Wali Songo). Sehingga Kota Cilegon merupakan ”Miniatur Museum sebesar kota itu sendiri”.

Dengan penobatan Kota Cilegon menjadi KOTA WISATA MASJID diharapkan dampak terhadap pengangguran bisa teratasi karena ada pembangunan dan untuk selanjutnya sebagai kota wisata bisa mendorong wisatawan lokal maupun luar negeri.

Dari segi Pusat Pendidikan keagamaan Cilegon, pemerintah bisa menyiapkan lokasi berkumpulnya Ulama (lintas mahzab dan aliran), perpustakan yang lengkap, meyiapkan ustadz dll. Ini adalah peluang bila pemerintah bisa menjembatani dengan yayasan Al Mahri ( Masjid Kubah Mas di Depok) karena telah memiliki tanah di daerah Bagendung yang cukup luas.

Sedangkan Menjadi ”KOTA INDUSTRI”, maka Kota Cilegon mendorong adanya inventasi lain di bidang industri, dan inipun sudah ada sehingga tinggal di up-grade bahwa industri ini bisa memberikan dampak kepada masyarakatnya. Agar kuat untuk menopang menjadi Kota Industri maka pemerintah dan masyarakat juga harus mendorong tumbuhnya UKM (Usaha Kecil Menengah) yang subur di masyarakatnya.

Secara otomatis bila menjadi Kota Industri maka pemerintah kota, industri maupun masyarakat harus menciptakan pendidikan yang bersifat Skill kepada masyarakatnya. Kami yakin dengan program Corporate Sosial Responsibility di industri bila dikelola secara Integrasi, Terarah serta Fokus akan memberikan dampak yang besar.

Bila perlu Pemikiran Cilegon menjadi ”Kota Wisata Masjid” dan ”Kota Industri” bisa didetailkan dan ditindaklanjuti sesuai tahapan-tahapannya. Insya Allah, Cilegon menjadikan kota yang Barokah bisa tercapai, Amin.

Semoga Allah memberi yang terbaik bagi umatnya, Amin
Wallahu A’lam Bishshawab

penulis adalah Sekretaris Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Cilegon dan Mantan Ketua Umum Serikat Karyawan Kratatau Steel (SKKS).


Sumber:
http://banten-piknik.blogspot.com/2009/12/cilegon-kota-wisata-kota-masjid.html
17 Desember 2009

Sumber Gambar:
http://www.panoramio.com/photo/14358948

Pelabuhan Merak


View Larger Map

Pantai Pulorida Bukan Florida


ernah mendengar nama Pantai Pulorida? Bukan pantai yang terletak di Amerika sana lho, sebab tidak ada kesalahan penulisan sama sekali, namanya memang PULORIDA. Objek wisata yang satu ini terletak di Kecamatan Cilegon, Provinsi Banten sekitar 4 km dari Pelabuhan Merak.

Objek wisata ini memang tidak setenar dan seindah Pantai Anyer, tetapi setiap musim liburan tiba, objek wisata ini selalu dipadati pengunjung. Dengan tiket masuk yang relatif terjangkau serta lokasinya yang relatif dekat, pantai ini merupakan pilihan tepat bagi masyarakat yang sekedar ingin mengisi waktu libur.

Pantainya yang landai, dangkal dan hampir tak berombak cukup aman bagi pengunjung yang ingin berenang, berendam, atau bermain air dan pasir di tepi pantai. Pelampung ban bekas berbagai ukuran banyak disewakan bagi pengunjung yang ingin berenang atau menikmati terapung-apung di permukaan laut. Sementara bagi pengunjung yang menungguinya dapat bersantai-santai dengan menyewa tikar. Tarif sewa keduanya terjangkau dan tidak dibatasi waktu. Perahu pun disediakan bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat kawasan di sekitar pantai ini, seperti Pelabuhan Merak, PLTU Suralaya atau melihat-lihat pulau kecil tak berpenghuni di sekitar lokasi ini. Tarif sewa perahu ini cukup terjangkau dan berlaku untuk 1 kali jalan pulang pergi. Disediakan juga kamar mandi bagi pengunjung yang hendak membilas setelah berenang dengan tarif Rp. 3000,- per kamar dengan fasilitas bak mandi dan shower.

Pantai ini dapat ditempuh melalui Jalan Tol Jakarta-Merak menuju Pelabuhan Merak atau melalui Jalan Raya Serang melewati pusat kota Cilegon hingga terbelah dua di persimpangan.Cilegon. Ke arah kiri ialah menuju PT. Krakatau Steel, Anyer dan Labuan sedangkan ke arah kanan menuju Pelabuhan Merak, Jalan Tol Jakarta-Merak dan Bojonegara. Dari Pelabuhan Merak, terus saja melalui jalan besar, melewati pasar tradisional Merak hingga tiba di Pantai Pulorida. Lokasinya memang tertutup tembok pembatas, namun tak perlu khawatir sebab terdapat papan nama Pantai Pulorida di pintu masuknya. Kondisi jalannya cukup bagus sehingga jika tidak macet di Pelabuhan Merak, pantai ini dapat ditempuh dalam waktu 2 jam dari Tangerang.

Keindahan pantai ini pun sebenarnya mempunyai daya tarik tersendiri. Jika cuaca cerah, di sisi selatannya akan terlihat ujung Pulau Sumatera dengan Gunung Rajabasa di tengahnya. Pulau kecil yang juga berada di sisi selatan dan terletak tidak jauh dari bibir pantai masih tampak hijau dan alami, sungguh menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya, pernah dibangun jembatan kayu untuk pejalan kaki menuju pulau tersebut, namun sekarang sudah roboh dan tidak dibangun kembali. Di sisi utaranya terdapat tumpukan batu pemecah gelombang yang menjorok ke tengah pantai. Pada bukit di sisi jauhnya tampak 4 buah cerobong PLTU Suralaya yang mengeluarkan uap.

Tetapi, keindahan tersebut agak tercemar oleh deretan kapal tongkang pengangkut batubara milik PLTU Suralaya. Pada gambar yang memperlihatkan suasana senja di Pantai Pulorida di atas terlihat 3 kapal tongkang dan kapal batubara (berbentuk panjang dengan bagian atas datar) yang mengapit pulau kecil di tengahnya sehingga hanya terlihat sebagian (di atas perahu). Di antara pepohonan dan kapal batubara tersebut, samar-samar terlihat lereng Gunung Rajabasa. Tapi, mungkin bagi sebagian orang keberadaan kapal-kapal tongkang tersebut memberikan kesan tersendiri untuk pantai ini.


Sumber :

http://iqbalputra.wordpress.com/2009/10/06/pantai-pulorida-bukan-florida/

6 Oktober 2009

Sumber Gambar:

http://iqbalputra.wordpress.com/2009/10/06/pantai-pulorida-bukan-florida/

Sinar Matahari di Pelabuhan Merak


Begitu terik pada siang hari. Debu-debu beterbangan saat kendaraan-kendaraan besar melintasi pintu masuk Jalan Raya Merak Bojonegara. Tak ada yang terasa, kecuali panas, gerah,dan kumuh.

Sepanjang jalan yang terlihat hanyalah hamparan lautyang dipenuhi kapal-kapal tongkang. Tabung-tabung besar berisi zat kimia juga menjadi pemandangan di sebelah barat jalan. Sementara di sebelah timur terlihat bukit-bukit tandus yang sebagian telah gundul, tanpa tanaman.

Cuaca mulai terasa sedikit sejuk saat memasuki Desa Pulorida, Kecamatan Pulo Merak. Kota Cilegon, yang berjarak 5 kilometer dari Pelabuhan Merak. Pohon-pohon besar tumbuh di sisi kanan dan kiri jalan, membuat teduh badan jalan yang sebenarnya sangat berdebu.

Dari kejauhan mulai terlihat hamparan pasir putih dan batu karang hitam. Beberapa rumah panggung yang terbuat dari kayu berdiri kokoh dipelataran berpasir putih. Di atas pintu pagar terlihat papan kecil bertuliskan "Pantai Pulorida"

Jika tidak ada papan petunjuk, mungkin tidak ada yang tahu jika daerah itu merupakan tempat wisata. Apalagi kalau pada hari kerja pintu masuk Pantai Pulorida terkunci rapat. "Kalau hari-hari biasa seperti ini, pantai memang tidak dibuka. Hanya hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, pintu masuk itu dibuka," tutur Novi, seorang warga yang bermukim di seberang Pantai Wisata Pulorida.

Entah mengapa, para wisatawan jarang yang mengetahui keindahan Pulorida Merak ini, mereka hanya berkunjung ketika hari libur saja.

Padahal, dari tepi Pantai Pulorida, pengunjung bisa menikmati pemandangan dan aktivitas di Selat Sunda. Selain perahu nelayan, pengunjung juga dapat menikmati kapal-kapalbesar berikut kapal tongkang yang kebetulan berlabuh di dekat pantai.

Wisata pantai Pulorida Merak ini juga dipadati para pelancong dari berbagai daerah ketika malam pergantian tahun tiba. Mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari saku mereka untuk menghabiskan waktu dan berkumpul bersama kerabat ataupun teman di Pulorida ini.

Selain wisata pantai, Pulorida justru lebih terkenal sebagai tempat hiburan malam. Sebuah hotel yang dilengkapi dengan restoran, diskotek, dan sarana hiburan lainnya kerap menjadi tempat wisata orang yang kebetulan singgah di Pelabuhan Merak.

Tidak sedikit pula warga sekitar Pulorida, mulai dari Merak, Cilegon, hingga Serang, yang menghabiskan malam di hotel tersebut. Maklum saja, biaya masuk tempat hiburan di Pulorida relatif murah dan terjangkau.

Untuk bisa masuk ke diskotek, seorang pengunjung cukup membayar Rp 20.000. Sedangkan, untuk biaya masuk, setiap pengunjung di kenakan biaya Rp. 25.000 per kendaraan, yang menurut tukang parkir biaya parkir kendaraan agak mahal karena menggunakan fasilitas hotel.

Di tengah Pulorida itu ada semacam pulau kecil yang bisa di capai dengan perahu sewaan. Selain itu, ada juga jembatan permanen. Namun, banyak pelancong yang men cari tempat yang teduh, mereka pun menyewa tikar dan berenang di hamparan pasir putih Pulorida.

Untuk menuju kawasan pantai Pulorida ini, para wisatawan tidak perlu repot, dari arah Jakarta dapat melalui jalur Tol kebon jeruk, tangerang hingga ujung Merak yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih


Pantai Kelapa Tujuh


Pulorida bukan satu-satunya tempat wisata yang bisa disinggahi di sepanjang jalan alternatif Merak-Bojonegara. Sekitar dua kilometer dari Pulorida terdapat sebuah pantai bernama Kelapa Tujuh. Namun, warga Mer£k lebih sering menyebut pantai Kelapa Pitu atau pantai kompleks. Menurut cerita turun-temurun, nama Kelapa Pitu diambil dari asal muasal pantai wisata itu. Dulu, sekitar tahun 1970-an, Haji Sarmani si pemilik tanah hanya menanam tujuh pohon kelapa. Jadi, saat itu pohon kelapanya tidak sebanyak sekarang, hanya tujuhbuah saja.

Adapun sebutan Pantai Kompleks terbentuk setelah PT Indonesia Power Suralaya membangun kompleks perumahan di sekitar pantai tersebut. Tidak seperti pantai-pantai pada umumnya, Pantai Kelapa Tujuh lebih teduh dan sejuk. Tepian pantai berpasir putih itu dipenuhi pepohonan rindang berusia tua.Pengunjung bisa leluasa duduk di bawah pohon rindang, sambil menikmati pemandangan Selat Sunda. Dari pantai itu pula bisa terlihat jajaran cerobong asap milik PLTU Suralaya. Seperti Pantai Pulorida, Kelapa Tujuh selalu ramai dikunjungi warga pada akhir pekan dan hari libur lainnya.

"Di sini pantainya adem, enggak sumpek. Selain itu, pedagangnya juga teratur, tempat jualannya rapi. Biasanya kalau di pantai selalu banyak pedagang asongan yang menawari barang. Jadi, kita susah buat santainya," kata Ani, seorang warga komplek Merak, yang sering datang ke Pantai Kelapa Tujuh karena kebetulan tempat tinggal nya bersebrangan dengan pantai Kelapa Tujuh.


Sumber: 

Harian Ekonomi Neraca, 24 Januari 2009, dalam :

http://www.indonesiapower.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=442:sinar-matahari-di-pelabuhan-merak&catid=1:beritaterkini&Itemid=18

Sumber Gambar:

http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pelabuhan_Merak_Port_of_Merak.JPG

Peta Cilegon


View Larger Map